XtGem Forum catalog
e
Home Blog About Gallery
17/05/24
wib 15:01

Al-Ghazali

ImamAl Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum
muslimin. Tokoh terkemuka dalam
kancah filsafat dan tasawuf.
Memiliki pengaruh dan pemikiran
yang telah menyebar ke
seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya
masih terasa asing. Kebanyakan
kaum muslimin belum mengerti.
Berikut adalah sebagian sisi
kehidupannya. Sehingga setiap
kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya
mengambil hikmah dari sejarah
hidup beliau. Nama, nasab, dan
kelahiran Al-Ghazali Beliau bernama Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin
Ahmad Ath-Thusi, Abu Hamid Al
Ghazali (Lihat Adz-Dzahabi, Siyar
A’lam Nubala’, 19:323 dan As-
Subki, Thabaqat Asy-Syafi’iyah, 6:191). Para ulama nasab
berselisih dalam penyandaran
nama Imam Al-Ghazali. Sebagian
mengatakan, bahwa
penyandaran nama beliau kepada
daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan
oleh Al-Fayumi dalam Al-Mishbah
Al-Munir. Penisbatan pendapat ini
kepada salah seorang keturunan
Al-Ghazali, yaitu Majdudin
Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi
Thahir Syarwan Syah bin Abul
Fadhl bin Ubaidillah anak dari Situ
Al-Mana bintu Abu Hamid Al-
Ghazali yang mengatakan, bahwa
telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami
tersebut dengan ditasydid (Al
Ghazzali). Sebagian lagi mengatakan
penyandaran nama beliau kepada
pencaharian dan keahlian
keluarganya yaitu menenun.
Sehingga nisbatnya ditasydid (Al-
Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam
Nawawi, “Tasydid dalam Al-
Ghazzali adalah yang benar.”
Bahkan Ibnu Assam’ani
mengingkari penyandaran nama
yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada
penduduk Thusi tentang daerah
Al-Ghazalah, dan mereka
mengingkari keberadaannya.”
Ada yang berpendapat Al-Ghazali
adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak
perempuan Ka’ab Al-Akhbar, ini
pendapat Al-Khafaji. Yang dijadikan sandaran para
ahli nasab mutaakhirin adalah
pendapat Ibnul Atsir dengan
tasydid. Yaitu penyandaran nama
kepada pekerjaan dan keahlian
bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab
Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam
catatan kakinya, 6/192-192).
Dilahirkan di kota Thusi tahun
450 H dan memiliki seorang
saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam
Nubala’, 19:326 dan As-Subki,
Thabaqat Asy-Syafi’iyah, 6:193
dan 194) Kehidupan dan
perjalanannya dalam
menuntut ilmu Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat
dari kulit domba) dan menjualnya
di kota Thusi. Menjelang wafat
dia mewasiatkan pemeliharaan
kedua anaknya kepada
temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan,
“Sungguh saya menyesal tidak
belajar khat (tulis menulis Arab)
dan saya ingin memperbaiki apa
yang telah saya alami pada
kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan
harta yang saya tinggalkan
boleh dihabiskan untuk
keduanya.” Setelah meninggal, maka
temannya tersebut mengajari
keduanya ilmu, hingga habislah
harta peninggalan yang sedikit
tersebut. Kemudian dia meminta
maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan
harta benda yang dimilikinya. Dia
berkata, “Ketahuilah oleh kalian
berdua, saya telah
membelanjakan untuk kalian dari
harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki
harta. Saya menganjurkan kalian
berdua untuk masuk ke
madrasah seolah-olah sebagai
penuntut ilmu. Sehingga
memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.” Lalu keduanya melaksanakan
anjuran tersebut. Inilah yang
menjadi sebab kebahagiaan dan
ketinggian mereka. Demikianlah
diceritakan oleh Al Ghazali, hingga
beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala ,
akan tetapi ilmu enggan kecuali
hanya karena Allah
ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat
Asy-Syafi’iyah, 6:193-194). Beliau pun bercerita, bahwa
ayahnya seorang fakir yang
shalih. Tidak memakan kecuali
hasil pekerjaannya dari kerajinan
membuat pakaian kulit. Beliau
berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka,
serta memberikan nafkah
semampunya. Apabila mendengar
perkataan mereka (ahli fikih),
beliau menangis dan berdoa
memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah
nasihat, beliau menangis dan
memohon kepada Allah ta’ala
untuk diberikan anak yang ahli
dalam ceramah nasihat. Kiranya Allah mengabulkan kedua
doa beliau tersebut. Imam Al
Ghazali menjadi seorang yang
faqih dan saudaranya (Ahmad)
menjadi seorang yang ahli dalam
memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy-Syafi’iyah,
6:194) Imam Al Ghazali memulai belajar di
kala masih kecil. Mempelajari fikih
dari Syaikh Ahmad bin Muhammad
Ar Radzakani di kota Thusi.
Kemudian berangkat ke Jurjan
untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis
buku At Ta’liqat. Kemudian
pulang ke Thusi (Lihat kisah
selengkapnya dalam Thabaqat
Asy Syafi’iyah 6/195). Beliau mendatangi kota Naisabur
dan berguru kepada Imam
Haramain Al Juwaini dengan
penuh kesungguhan. Sehingga
berhasil menguasai dengan
sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan,
ushul, manthiq, hikmah dan
filsafat. Beliau pun memahami
perkataan para ahli ilmu
tersebut dan membantah orang
yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum
guru beliau, yaitu Al Juwaini
(Lihat Adz-Dzahabi, Siyar A’lam
Nubala’, 19:323 dan As-Subki,
Thabaqat Asy-Syafi’iyah, 6:191) Setelah Imam Haramain
meninggal, berangkatlah Imam
Ghazali ke perkemahan Wazir
Nidzamul Malik. Karena majelisnya
tempat berkumpul para ahli ilmu,
sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan
mengalahkan mereka. Kemudian
Nidzamul Malik mengangkatnya
menjadi pengajar di madrasahnya
di Baghdad dan
memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H
beliau berangkat ke Baghdad
dan mengajar di Madrasah An
Nidzamiyah dalam usia tiga
puluhan tahun. Disinilah beliau
berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan
yang sangat tinggi. Pengaruh Filsafat Dalam Diri Al-
Ghazali Pengaruh filsafat dalam diri
beliau begitu kentalnya. Beliau
menyusun buku yang berisi
celaan terhadap filsafat, seperti
kitab At Tahafut yang
membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui
mereka dalam beberapa hal yang
disangkanya benar. Hanya saja
kehebatan beliau ini tidak
didasari dengan ilmu atsar dan
keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan
filsafat. Beliau juga gemar
meneliti kitab Ikhwanush Shafa
dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh
karena itu, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat
dipengaruhi filsafat dari karya-
karya Ibnu Sina dalam kitab Asy
Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa
dan karya Abu Hayan At
Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa, 6:54) Hal ini jelas terlihat dalam
kitabnya Ihya’ Ulumuddin.
Sehingga Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata,
“Perkataannya di Ihya Ulumuddin
pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang
merusak, berupa filsafat, ilmu
kalam, cerita bohong sufiyah dan
hadits-hadits palsu.” (Majmu’
Fatawa, 6:54). Demikianlah Imam Ghazali dengan
kejeniusan dan kepakarannya
dalam fikih, tasawuf dan ushul,
tetapi sangat sedikit
pengetahuannya tentang ilmu
hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
seharusnya menjadi pengarah
dan penentu kebenaran.
Akibatnya beliau menyukai
filsafat dan masuk ke dalamnya
dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang
sejenisnya, walaupun beliau
memiliki bantahan terhadapnya.
Membuat beliau semakin jauh
dari ajaran Islam yang hakiki. Adz Dzahabi berkata, “Orang ini
(Al Ghazali) menulis kitab dalam
mencela filsafat, yaitu kitab At
Tahafut. Dia membongkar
kejelekan mereka, akan tetapi
dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan
prasangka hal itu benar dan
sesuai dengan agama. Beliau
tidaklah memiliki ilmu tentang
atsar dan beliau bukanlah pakar
dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
dapat mengarahkan akal. Beliau
senang membedah dan meneliti
kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini
merupakan penyakit berbahaya
dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan
seorang yang jenius dan orang
yang mukhlis, niscaya dia telah
binasa.” (Siyar A’lam Nubala,
19:328) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata, “Abu Hamid condong
kepada filsafat.
Menampakkannya dalam bentuk
tasawuf dan dengan ibarat Islami
(ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin
membantahnya. Hingga murid
terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar
Ibnul Arabi mengatakan, “Guru
kami Abu Hamid masuk ke perut
filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’
Fatawa, 4:164) Polemik Kejiwaan Imam Ghazali Kedudukan dan ketinggian
jabatan beliau ini tidak
membuatnya congkak dan cinta
dunia. Bahkan dalam jiwanya
berkecamuk polemik (perang
batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan.
Sehingga menolak jabatan tinggi
dan kembali kepada ibadah,
ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada
bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H
beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama
Ahmad sebagai penggantinya. Pada tahun 489 H beliau masuk
kota Damaskus dan tinggal
beberapa hari. Kemudian
menziarahi Baitul Maqdis
beberapa lama, dan kembali ke
Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus.
Beliau banyak duduk di pojok
tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim
Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi
(yang sekarang dinamai Al
Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al-
Arba’in, Al-Qisthas dan kitab
Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa
dan mengenakan pakaian para
ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam
sekitar 10 tahun. Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid
rahimahullah berhaji dan tinggal
di Syam sekitar 10 tahun. Beliau
menulis dan bermujahadah dan
tinggal di menara barat masjid
Jami’ Al-Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu
Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al-
Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi
dalam Siyar A’lam Nubala, 6:34). Disampaikan juga oleh Ibnu
Khallakan dengan perkataannya,
“An Nidzam (Nidzam Mulk)
mengutusnya untuk menjadi
pengajar di madrasahnya di
Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada
tahun 488 H. Lalu menjadi orang
yang zuhud, berhaji dan tinggal
menetap di Damaskus beberapa
lama. Kemudian pindah ke Baitul
Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah.
Kemudian kembali ke
Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi
dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Ketika Wazir Fakhrul Mulk
menjadi penguasa Khurasan,
beliau dipanggil hadir dan diminta
tinggal di Naisabur. Sampai
akhirnya beliau datang ke
Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah
beberapa saat. Setelah beberapa
tahun, pulang ke negerinya
dengan menekuni ilmu dan
menjaga waktunya untuk
beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya
dan asrama untuk orang-orang
shufi. Beliau habiskan sisa
waktunya dengan mengkhatam
Alquran, berkumpul dengan ahli
ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan
puasa serta ibadah lainnya
sampai meninggal dunia. Masa akhir kehidupannya Akhir kehidupan beliau dihabiskan
dengan kembali mempelajari
hadits dan berkumpul dengan
ahlinya. Imam Adz-Dzahabi
berkata, “Pada akhir
kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan
berkumpul dengan ahlinya serta
menelaah shahihain (Shahih
Bukhari dan Muslim). Seandainya
beliau berumur panjang, niscaya
dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau
belum sempat meriwayatkan
hadits dan tidak memiliki
keturunan kecuali beberapa
orang putri.” Abul Faraj Ibnul Jauzi
menyampaikan kisah
meninggalnya beliau dalam kitab
Ats-Tsabat ‘indal Mamat,
menukil cerita Ahmad
(saudaranya), “Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid
berwudhu dan shalat, lalu
berkata, ‘Bawa ke mari kain
kafan saya.’ Lalu beliau
mengambil dan menciumnya serta
meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya
patuh dan taat untuk menemui
Malaikat Maut.’ Kemudian beliau
meluruskan kakinya dan
menghadap kiblat. Beliau
meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi
hari).” (Dinukil oleh Adz Dzahabi
dalam Siyar A’lam Nubala, 6:34).
Beliau wafat di kota Thusi, pada
hari Senin tanggal 14 Jumada
Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath
Thabaran (Thabaqat Asy
Syafi’iyah, 6:201) Karya-karyanya Beliau seorang yang produktif
menulis. Karya ilmiah beliau
sangat banyak sekali. Di antara
karyanya yang terkenal ialah: Pertama, dalam masalah
ushuluddin dan akidah:
1. Arba’in fi Ushuliddin.
Merupakan juz kedua dari kitab
beliau Jawahirul Qur’an.
2. Qawa’idul Aqa’id, yang beliau satukan dengan Ihya’ Ulumuddin
pada jilid pertama.
3. Al Iqtishad fil I’tiqad.
4. Tahafut Al-Falasifah. Berisi
bantahan beliau terhadap
pendapat dan pemikiran para filosof dengan menggunakan kaidah mazhab Asy’ariyah. 5. Faishal At-Tafriqah Bainal Islam
Wa Zanadiqah. Kedua, dalam ilmu ushul, fikih,
filsafat, manthiq dan tasawuf,
beliau memiliki karya yang sangat
banyak. Secara ringkas dapat
kita kutip yang terkenal, di
antaranya: 1. Al-Mustashfa min ‘Ilmil Ushul.
Merupakan kitab yang sangat
terkenal dalam ushul fiqih. Yang
sangat populer dari buku ini ialah
pengantar manthiq dan
pembahasan ilmu kalamnya. Dalam kitab ini Imam Ghazali
membenarkan perbuatan ahli
kalam yang mencampur adukkan
pembahasan ushul fikih dengan
pembahasan ilmu kalam dalam
pernyataannya, “Para ahli ushul dari kalangan ahli kalam banyak
sekali memasukkan pembahasan
kalam ke dalamnya (ushul fikih)
lantaran kalam telah
menguasainya. Sehingga
kecintaannya tersebut telah membuatnya mencampur
adukkannya.” Tetapi kemudian
beliau berkata, “Setelah kita
mengetahui sikap keterlaluan
mereka mencampuradukkan
permasalahan ini, maka kita memandang perlu menghilangkan
dari hal tersebut dalam kumpulan
ini. Karena melepaskan dari
sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan sangatlah sukar
….” (Dua perkataan beliau ini dinukil dari penulis Mauqif Ibnu
Taimiyah Minal Asya’irah dari Al-
Mustashfa, hlm. 17 dan 18) Lebih jauh pernyataan beliau
dalam Mukaddimah manthiqnya,
“Mukadimah ini bukan termasuk
dari ilmu ushul. Dan juga bukan
mukadimah khusus untuknya.
Tetapi merupakan mukadimah semua ilmu. Maka siapa pun yang
tidak memiliki hal ini, tidak dapat
dipercaya
pengetahuannya.” (Mauqif Ibnu
Taimiyah Minal Asya’irah dari Al-
Mustashfa, hlm. 19) Kemudian hal ini dibantah oleh
Ibnu Shalah. beliau berkata, “Ini
tertolak, karena setiap orang
yang akalnya sehat, maka
berarti dia itu manthiqi. Lihatlah
berapa banyak para imam yang sama sekali tidak mengenal ilmu
manthiq!” (Adz Dzahabi dalam
Siyar A’lam Nubala 19/329).
Demikianlah, karena para
sahabat juga tidak mengenal ilmu
manthiq. Padahal pengetahuan serta pemahamannya jauh lebih
baik dari para ahli manthiq. 2. Mahakun Nadzar.
3. Mi’yarul Ilmi. Kedua kitab ini
berbicara tentang mantiq dan
telah dicetak.
4. Ma’ariful Aqliyah. Kitab ini
dicetak dengan tahqiq Abdulkarim Ali Utsman.
5. Misykatul Anwar. Dicetak
berulangkali dengan tahqiq Abul
Ala Afifi.
6. Al Maqshad Al Asna Fi Syarhi
Asma Allah Al Husna. Telah dicetak.
7. Mizanul Amal. Kitab ini telah
diterbitkan dengan tahqiq
Sulaiman Dunya.
8. Al-Madhmun Bihi Ala Ghairi
Ahlihi. Oleh para ulama, kitab ini diperselisihkan keabsahan dan
keontetikannya sebagai karya
Al-Ghazali. Yang menolak
penisbatan ini, diantaranya ialah
Imam Ibnu Shalah dengan
pernyataannya, “Adapun kitab Al-Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi,
bukanlah karya beliau. Aku telah
melihat transkipnya dengan khat
Al-Qadhi Kamaluddin Muhammad
bin Abdillah Asy Syahruzuri yang
menunjukkan, bahwa hal itu dipalsukan atas nama Al-Ghazali.
Beliau sendiri telah menolaknya
dengan kitab Tahafut.” (Adz
Dzahabi dalam Siyar A’lam
Nubala, 19:329) Banyak pula ulama yang
menetapkan keabsahannya. Di
antaranya yaitu Syaikhul Islam,
menyatakan, “Adapun mengenai
kitab Al Madhmun Bihi Ala Ghairi
Ahlihi, sebagian ulama mendustakan penetapan ini. Akan
tetapi para pakar yang
mengenalnya dan keadaannya,
akan mengetahui bahwa semua
ini merupakan
perkataannya.” (Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala
19/329). Kitab ini diterbitkan
terakhir dengan tahqiq Riyadh Ali
Abdillah.
9. Al-Ajwibah Al-Ghazaliyah Fil
Masail Ukhrawiyah. 10. Ma’arijul Qudsi fi Madariji
Ma’rifati An Nafsi.
11. Qanun At-Ta’wil.
12. Fadhaih Al-Bathiniyah dan Al-
Qisthas Al-Mustaqim. Kedua kitab
ini merupakan bantahan beliau terhadap sekte batiniyah.
Keduanya telah terbit.
13. Iljamul Awam An Ilmil Kalam.
Kitab ini telah diterbitkan
berulang kali dengan tahqiq
Muhammad Al-Mu’tashim Billah Al-Baghdadi.
14. Raudhatuth Thalibin Wa
Umdatus Salikin, diterbitkan
dengan tahqiq Muhammad Bahit.
15. Ar-Risalah Alladuniyah.
16. Ihya’ Ulumuddin. Kitab yang cukup terkenal dan menjadi salah
satu rujukan sebagian kaum
muslimin di Indonesia. Para ulama
terdahulu telah berkomentar
banyak tentang kitab ini, di
antaranya: - Abu Bakar Al Thurthusi
berkata, “Abu Hamid telah
memenuhi kitab Ihya’ dengan
kedustaan terhadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya
tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih banyak
kedustaan darinya, kemudian
beliau campur dengan pemikiran-
pemikiran filsafat dan kandungan
isi Rasail Ikhwanush Shafa.
Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan
sesuatu yang dapat
diusahakan.” (Dinukil Adz-Dzahabi
dalam Siyar A’lam Nubala,
19:334).
- Dalam risalahnya kepada Ibnu Mudzaffar, beliau pun
menyatakan, “Adapun
penjelasan Anda tentang Abu
Hamid, maka saya telah
melihatnya dan mengajaknya
berbicara. Saya mendapatkan beliau seorang yang agung dari
kalangan ulama. Memiliki
kecerdasan akal dan pemahaman.
Beliau telah menekuni ilmu
sepanjang umurnya, bahkan
hampir seluruh usianya. Dia dapat memahami jalannya para ulama
dan masuk ke dalam kancah para
pejabat tinggi. Kemudian beliau
bertasawuf, menghijrahi ilmu dan
ahlinya dan menekuni ilmu yang
berkenaan dengan hati dan ahli ibadah serta was-was syaitan.
Sehingga beliau rusak dengan
pemikiran filsafat dan Al-Hallaj
(pemikiran wihdatul wujud). Mulai
mencela ahli fikih dan ahli kalam.
Sungguh dia hampir tergelincir keluar dari agama ini. Ketika
menulis Al-Ihya’ beliau mulai
berbicara tentang ilmu ahwal dan
rumus-rumus sufiyah, padahal
belum mengenal betul dan tidak
memiliki keahlian tentangnya. Sehingga dia berbuat kesalahan
fatal dan memenuhi kitabnya
dengan hadis-hadis palsu.” Imam Adz Dzahabi mengomentari
perkataan ini dengan
pernyataannya, “Adapun di
dalam kitab Ihya’ terdapat
sejumlah hadits-hadits yang batil
dan terdapat kebaikan padanya, seandainya tidak ada adab dan
tulisan serta zuhud secara
jalannya ahli hikmah dan sufi
yang menyimpang.” (Adz-Dzahabi
dalam Siyar A’lam Nubala,
19:339-340) - Imam Subuki dalam Thabaqat
Asy-Syafi’iyah (Lihat 6:287-288)
telah mengumpulkan hadits-
hadits yang terdapat dalam
kitab Al Ihya’ dan menemukan
943 hadits yang tidak diketahui sanadnya. Abul Fadhl Abdurrahim
Al Iraqi mentakhrij hadits-hadits
Al Ihya’ dalam kitabnya, Al-
Mughni An-Asfari Fi Takhrij Ma Fi
Al-Ihya Minal Akhbar. Kitab ini
dicetak bersama kitab Ihya Ulumuddin. Beliau sandarkan
setiap hadits kepada sumber
rujukannya dan menjelaskan
derajat keabsahannya.
Didapatkan banyak dari hadits-
hadits tersebut yang beliau hukumi dengan lemah dan palsu
atau tidak ada asalnya dari
perkataan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Maka berhati-
hatilah para penulis, khathib,
pengajar dan para penceramah dalam mengambil hal-hal yang
terdapat dalam kitab Ihya
Ulumuddin.
17. Al-Munqidz Minad Dhalalah.
Tulisan beliau yang banyak
menjelaskan sisi biografinya. 18. Al-Wasith.
19. Al-Basith.
20. Al-Wajiz.
21. Al-Khulashah. Keempat kitab
ini adalah kitab rujukan fiqih
Syafi’iyah yang beliau tulis. Imam As-Subki menyebutkan 57 karya
beliau dalam Thabaqat Asy
Syafi’iyah, 6:224-227. Aqidah dan mazhab beliau Dalam masalah fikih, beliau
seorang yang bermazhab Syafi’i.
Nampak dari karyanya Al-Wasith,
Al-Basith, dan Al-Wajiz. Bahkan
kitab beliau Al-Wajiz termasuk
buku induk dalam Mazhab Syafi’i. Mendapat perhatian khusus dari
para ulama Syafi’iyah. Imam Adz
Dzahabi menjelaskan mazhab fikih
beliau dengan pernyataannya,
“Syaikh Imam, Hujjatul Islam,
A’jubatuz Zaman, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad bin Ahmad Ath-
Thusi Asy-Syafi’i.” Sedangkan dalam sisi akidah,
beliau sudah terkenal dan
masyhur sebagai seorang yang
bermazhab Asy’ariyah. Banyak
membela Asy’ariyah dalam
membantah Bathiniyah, para filosof serta kelompok yang
menyelisihi mazhabnya. Bahkan
termasuk salah satu pilar dalam
mazhab tersebut. Oleh karena itu
beliau menamakan kitab
aqidahnya yang terkenal dengan judul Al-Iqtishad Fil I’tiqad. Tetapi
karya beliau dalam aqidah dan
cara pengambilan dalilnya,
hanyalah merupakan ringkasan
dari karya tokoh ulama
Asy’ariyah sebelum beliau (pendahulunya). Tidak
memberikan sesuatu yang baru
dalam mazhab Asy’ariyah. Beliau
hanya memaparkan dalam
bentuk baru dan cara yang
cukup mudah. Keterkenalan Imam Ghazali sebagai tokoh Asy’ariyah
juga dibarengi dengan
kesufiannya. Beliau menjadi
patokan marhalah yang sangat
penting menyatunya Sufiyah ke
dalam Asy’ariyah. Akan tetapi tasawuf apakah
yang diyakini beliau? Memang
agak sulit menentukan tasawuf
beliau. Karena seringnya beliau
membantah sesuatu, kemudian
beliau jadikan sebagai aqidahnya. Beliau mengingkari filsafat dalam
kitab Tahafut, tetapi beliau
sendiri menekuni filsafat dan
menyetujuinya. Ketika berbicara dengan
Asy’ariyah tampaklah sebagai
seorang Asy’ari tulen. Ketika
berbicara tasawuf, dia menjadi
sufi. Menunjukkan seringnya
beliau berpindah-pindah dan tidak tetap dengan satu mazhab.
Oleh karena itu Ibnu Rusyd
mencelanya dengan mengatakan,
“Beliau tidak berpegang teguh
dengan satu mazhab saja dalam
buku-bukunya. Akan tetapi beliau menjadi Asy’ari bersama
Asy’ariyah, sufi bersama sufiyah
dan filosof bersama
filsafat.” (Lihat Mukadimah kitab
Bughyatul Murtad, hlm. 110). Adapun orang yang menelaah
kitab dan karya beliau seperti
Misykatul Anwar, Al-Ma’arif
Aqliyah, Mizanul Amal, Ma’arijul
Quds, Raudhatuthalibin, Al-
Maqshad Al-Asna, Jawahirul Qur’an dan Al-Madmun Bihi Ala
Ghairi Ahlihi, akan mengetahui
bahwa tasawuf beliau berbeda
dengan tasawuf orang
sebelumnya. Syaikh Dr.
Abdurrahman bin Shalih Ali Mahmud menjelaskan tasawuf Al-
Ghazali dengan menyatakan,
bahwa kunci mengenal
kepribadian Al Ghazali ada dua
perkara: Pertama, pendapat beliau, bahwa
setiap orang memiliki tiga akidah.
Yang pertama, ditampakkan di
hadapan orang awam dan yang
difanatikinya. Kedua, beredar
dalam ta’lim dan ceramah. Ketiga, sesuatu yang dii’tiqadi
seseorang dalam dirinya. Tidak
ada yang mengetahui kecuali
teman yang setara
pengetahuannya. Bila demikian,
Al-Ghazali menyembunyikan sisi khusus dan rahasia dalam
akidahnya. Kedua, mengumpulkan pendapat
dan uraian singkat beliau yang
selalu mengisyaratkan
kerahasian akidahnya. Kemudian
membandingkannya dengan
pendapat para filosof saat beliau belum cenderung kepada filsafat
Isyraqi dan tasawuf, seperti Ibnu
Sina dan yang lainnya. (Mauqif
Ibnu Taimiyah Minal Asyariyah,
2:628). Beliau (Syeikh Dr. Abdurrahman
bin Shalih Ali Mahmud)
menyimpulkan hasil penelitian dan
pendapat para peneliti pemikiran
Al-Ghazali, bahwa tasawuf Al-
Ghazali dilandasi filsafat Isyraqi (Madzhab Isyraqi dalam filsafat
ialah mazhab yang menyatukan
pemikiran dan ajaran dalam
agama-agama kuno, Yunani dan
Parsi. Termasuk bagian dari
filsafat Yunani dan Neo-Platoisme. Lihat Al-Mausu’ah Al Muyassarah
Fi Al-Adyan Wal Madzahibi Wal
Ahzab Al-Mu’ashirah, karya Dr.
Mani’ bin Hamad Al-Juhani,
2:928-929). Sebenarnya inilah
yang dikembangkan beliau akibat pengaruh karya-karya Ibnu Sina
dan Ikhwanush Shafa. Demikian
juga dijelaskan pentahqiq kitab
Bughyatul Murtad dalam
mukadimahnya. Setelah
menyimpulkan bantahan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terhadap
beliau dengan mengatakan,
“Bantahan Ibnu Taimiyah
terhadap Al-Ghazali didasarkan
kejelasannya mengikuti filsafat
dan terpengaruh dengan sekte Bathiniyah dalam menta’wil
nash-nash, walaupun beliau
membantah habis-habisan
mereka, seperti dalam kitab Al-
Mustadzhiri. Ketika tujuan kitab
ini (Bughyatul Murtad, pen) adalah untuk membantah orang
yang berusaha menyatukan
agama dan filsafat, maka
Syaikhul Islam menjelaskan
bentuk usaha tersebut pada Al-
Ghazali. Yang berusaha menafsirkan nash-nash dengan tafsir filsafat Isyraqi yang didasarkan atas ta’wil batin
terhadap nash, sesuai dengan
pokok-pokok ajaran ahli Isyraq
(pengikut filsafat neo-
platonisme).” (Lihat Mukadimah
kitab Bughyatul Murtad, hlm. 111) Tetapi perlu diketahui, bahwa
pada akhir hayatnya, beliau
kembali kepada ajaran Ahlus
Sunnah Wal Jama’ah
meninggalkan filsafat dan ilmu
kalam, dengan menekuni Shahih Bukhari dan Muslim. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata, “Penulis
Jawahirul Qur’an (Al-Ghazali,
pen.) karena banyak meneliti
perkataan para filosof dan
merujuk kepada mereka, sehingga banyak mencampur
pendapatnya dengan perkataan
mereka. Pun beliau menolak
banyak hal yang bersesuaian
dengan mereka. Beliau
memastikan, bahwa perkataan filosof tidak memberikan ilmu dan
keyakinan. Demikian juga halnya
perkataan ahli kalam. Pada
akhirnya beliau menyibukkan diri
meneliti Shahih Bukhari dan
Muslim hingga wafatnya dalam keadaan demikian. Wallahu
a’lam.” Rujukan: http://muslim.or.id/biografi/
sejarah-hidup-imam-al-
ghazali-1.html http://muslim.or.id/biografi/
sejarah-hidup-imam-al-
ghazali-2.html Artikel www.yufidia.com

Back to posts
Comments:
[2018-09-02 19:33] Tzomasrex :

non prescritpion levitra
http://levitragls.com - levitra 20 mg levitra pills forum rules
<a href="http://levitragls.com">levitra 20 mg</a> - levitra generics login
cheap soft levitra 20 pills

[2018-09-02 19:31] WaltezacOut :

levitra generic reviews similar threads
http://levitragtr.com - levitra 20mg
levitra for women results usuario
<a href="http://levitragtr.com">levitra 20mg
</a> - groups levitra uk generic
where can i buy levitra safely online in uk

[2018-04-28 14:07] Jaizedab :

viagra 20mg canada total members
http://viagrawithoutdoctorstore.com - viagra without a doctor
is viagra better than viagra ?
<a href="http://viagrawithoutdoctorstore.com">viagra without a doctor prescription
</a> - buy viagra online without a prescription
levitra vs viagra drugs gstbk_add.php?sid=

[2018-04-19 17:08] Jaizedab :

generic name for viagra
http://viagrawithoutdoctorstore.com - viagra without doctor
viagra a244531
<a href="http://viagrawithoutdoctorstore.com">viagra without a doctor prescription usa
</a> - viagra pills side effects community
viagra for women blogs you are not logged in or you do not have permission to access this page. thi

[2018-04-13 15:35] Frazkhup :

cialis from canada online password
http://cialis-walmart.shop - cialis over the counter
cialis generic online biography
<a href="http://cialis-walmart.shop">cialis over the counter
</a> - cialis prescriptions
show cialis in action

[2018-04-13 14:19] Mazuelzoose :

viagra long term
http://viagrawithoutdoctorshop.com - viagra without prescription
ed treatments for men
<a href="http://viagrawithoutdoctorshop.com">viagra without doctor prescription
</a> - buy viagra online profile
viagra vs viagra which is better addlink.php

[2018-04-10 01:54] Miltozgluth :

viagra and alcohol consumption memberlist
http://glviagragtr.com - viagra for sale
buy viagra online you cannot delete your posts in this forum
<a href="http://glviagragtr.com">herb viagra for sale
</a> - viagra 5mg generic administrators
viagra reviews forum faq

[2018-04-09 14:07] Romeztcab :

viagra coupon code last post
http://xlviagragtr.com - real viagra for sale
viagra 5 mg online display posts from previous
<a href="http://xlviagragtr.com">viagra for men for sale
</a> - viagra side effects blog there have been
viagra from canada user ratings

[2018-03-28 12:46] Thozassef :

viagra pro review
http://rxviagracan.com - viagra for sale
order viagra online
<a href="http://rxviagracan.com">viagra for sale for men
</a> - natural ed
viagra commercial

[2018-03-24 18:07] Romeztcab :

viagra costco new posts
http://xlviagragtr.com - viagra pills for sale
viagra generic canada display topics from previous
<a href="http://xlviagragtr.com">viagra for sale canadian
</a> - trackback skriv en kommentar viagra
viagra enligne


UNDER MAINTENANCE
|More...
copyright © 2013 om ridlo
13605
ec2-18-221-89-183.us-east-2.compute.amazonaws.comMozilla

xoxHits.com - free
counter service
url submit