Al-Bukhari (194–256 H) 1
Negeri Bukhara sebagai negeri
muara sungai Jihun yang
terletak di sebelah utara
Afganistan dan sebelah selatan
Ukraina adalah negeri yang
banyak melahirkan imam-imam ahlul hadis dan ahlul fikih. Negeri
itu menyimpan kenangan sejarah
perjuangan para imam-imam
muslimin dalam berbagai bidang
ilmu-ilmu Alquran dan Al-hadis.
Dapat disebutkan di sini, para Imam Ahlul hadis yang lahir dan
dibesarkan di negeri Bukhara
antara lain adalah: Al-Imam
Abdullah bin Muhammad Abu
Ja’far Al-Musnadi Al-Bukhari
yang meninggal dunia di negeri tersebut pada hari Kamis, bulan
Dzulqa’dah, tahun 220 H.
Kemudian juga lahir di Bukhara,
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim Al-Bukhari yang lahir
pada tahun 194 Hijriah dan wafat pada tahun 256 H di
sebuah desa bernama Khartanak
menuju arah Samarkan. Juga
lahir dan dibesarkan di negeri ini
Al-Imam Abi Naser Ahmad bin
Muhammad bin Al-Husain Al- Kalabadzi Al-Bukhari yang lahir
tahun 323 H dan meninggal
tahun 398 H. Masih banyak lagi
deretan imam-imam besar ahli
hadis yang menghiasi indahnya
sekarah negeri Bukhara.
Akan tetapi, di masa kini, kaum
muslimin di dunia, apabila disebut
Imam Bukhari, maka yang
dipahami hanyalah Imam Ahlul
Hadis dari negeri Bukhara yang
bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Bardizbah Al-Bukhari
karena karya beliau yang amat
masyhur di kalangan kaum
muslimin di dunia ialah Al-
Jami’ush Shahih Al-Musnad min
Haditsi Rasulillah wa Sunanihi wa Ayyamihi, yang kemudian
terkenal dengan nama kitab
Shahih Al-Bukhari. Kata
“Bukhari” itu sendiri maknanya
ialah “orang dari negeri
Bukhara”. Jadi, kalau dikatakan “Imam Bukhari” maknanya ialah
seorang tokoh dari negeri
Bukhara.
Al-Bukhari di masa kecil Nasab kelengkapan dari tokoh
yang sedang kita bincangkan ini
adalah sebagai berikut:
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
bin Al-Mughirah bin Bardizbah.
Kakek (Zoroaster) sebagai agama asli orang-orang Persia
yang menyembah api. Sang
kakek tersebut meninggal dalam
keadaan masih beragama Majusi.
Putra dari Bardizbah yang
bernama Al-Mughirah kemudian masuk Islam di bawah bimbingan
gubernur negeri Bukhara Yaman
Al-Ju’fi sehingga Al-Mughirah
dengan segenap anak cucunya
dinisbatkan kepada kabilah Al-
Ju’fi. Dan ternyata cucu dari Al- Mughirah ini di kemudian hari
mengukir sejarah yang agung,
yaitu sebagai seorang Imam Ahlul
hadis. Al-Imam Al-Bukhari lahir pada hari
Jum’at tanggal 13 Syawal 194 H
di negeri Bukhara di tengah
keluarganya yang cinta ilmu
sunnah Nabi Muhammad
shallallahu `alaihi wa sallam, karena ayah beliau bernama
Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah
adalah seorang ulama Ahli hadis
yang meriwayatkan hadis-hadis
Nabi dari Imam Malik bin Anas, Hammad bin Zaid, dan sempat
pula berpegang tangan dengan
Abdullah bin Mubarak. Riwayat-
riwayat Ismail bin Ibrahim
tentang hadis Nabi tersebar di
kalangan orang-orang Irak. Ayah Al-Bukhari meninggal dunia
ketika beliau masih kecil. Di saat
menjelang wafatnya, Ismail bin
Ibrahim sempat membesarkan
hati anaknya yang masih kecil
sembari menyatakan kepadanya, “Aku tidak mendapati pada
hartaku satu dirham pun dari
harta yang haram atau satu
dirham pun dari harta yang
syubhat.” Tentu anak yang
ditumbuhkan dari harta yang bersih dari perkara haram atau
syubhat akan lebih baik dan
mudah dididik kepada yang baik.
Sehingga sejak wafatnya sang
ayah, Al-Bukhari hidup sebagai
anak yatim dalam dekapan kasih sayang ibunya. Muhammad bin Ismail mendapat
perhatian penuh dari ibunya.
Sejak usianya yang masih muda
dia telah hafal Alquran dan
tentunya belajar membaca dan
menulis. Kemudian pada usia sepuluh tahun, Muhammad kecil
mulai bersemangat mendatangi
majelis-majelis ilmu hadis yang
tersebar di berbagai tempat di
negeri Bukhara. Pada usia
sebelas tahun, dia sudah mampu menegur seorang guru ilmu hadis
yang salah dalam menyampaikan
urut-urutan periwayatan hadis
(yang disebut sanad). Usia kanak-kanak beliau
dihabiskan dalam kegiatan
menghafal ilmu dan memahaminya
sehingga ketika menginjak usia
remaja –enam belas tahun–,
beliau telah hafal kitab-kitab karya imam-imam Ahli hadis dari
kalangan tabi’it tabi’in
(generasi ketiga umat Islam),
seperti karya Abdullah bin Al- Mubarak, Waqi’ bin Al-Jarrah, dan memahami betul kitab-kitab
tersebut. Usia kanak-kanak Muhammad bin
Ismail telah berlalu dengan
agenda belajar yang amat padat.
Kesibukannya di masa kanak-
kanak dalam menghafal dan
memahami ilmu, mengantarkannya kepada masa
remaja yang cemerlang dan
menakjubkan. Kini ia menjadi
remaja yang amat
diperhitungkan orang di majelis
mana pun dia hadir karena dalam usia belasan tahun seperti ini dia
telah hafal di luar kepala tujuh
puluh ribu hadis lengkap dengan
sanadnya, di samping tentunya
Alquran tiga puluh juz.
bersambung
artike:www.yufidia.com
Created at 2012-08-15 02:40
Back to posts
UNDER MAINTENANCE