Al-Bukhari (194–256 H) 2
Melanglang buana menuntutIlmu
Melanglang buana menuntut
Ilmu
Di awal usianya yang ke delapan
belas, Al-Bukhari diajak ibunya
bersama kakaknya bernama
Ahmad bin Ismail berangkat ke
Mekkah untuk menunaikan
ibadah haji.
Perjalanan jauh antara negeri Bukhara dengan
Mekkah menunggang unta,
keledai dan kuda adalah
pengalaman baru baginya,
sehingga dia terbiasa dengan
berbagai kesengsaraan perjalanan jauh mengarungi
padang pasir, gunung-gunung
dan lembahnya yang penuh
keganasan alam.
Dalam kondisi
yang demikian, dia merasa
semakin dekat kepada Allah dan dia benar-benar menikmati
perjalanan yang memakan waktu
berbulan-bulan itu. Sesampainya di Mekkah, Al-
Bukhari mendapati kota Makkah
penuh dengan ulama Ahli hadis
yang membuka halaqah-halaqah
ilmu. Tentu yang demikian ini
semakin menggembirakan beliau. Oleh karena itu, setelah selesai
pelaksanaan ibadah haji, beliau
tetap tinggal di Mekkah
sementara kakak kandungnya
kembali ke Bukhara bersama
ibunya. Beliau bolak-balik antara Mekkah dan Madinah, kemudian
akhirnya mulai menulis biografi
para tokoh, sehingga lahirlah
untuk pertama kalinya karya
beliau dalam bidang ilmu hadis
yang berjudul Kitabut Tarikh. Ketika kitab karya beliau ini mulai
tersebar ke seluruh penjuru
dunia Islam, ramailah pembicaraan
orang tentang tokoh ilmu hadis
tersebut dan semua orang amat
mengaguminya. Sampai-sampai, seorang Imam Ahli Hadis di masa
itu yang bernama Ishaq bin
Rahuyah membawa Kitabut
Tarikh karya Al-Bukhari ini ke
hadapan gubernur negeri
Khurasan yang bernama Abdullah bin Thahir Al-Khuza’i, sembari
mengatakan, “Wahai Tuan
Gubernur, maukah aku tunjukkan
kepadamu atraksi sihir?”
Kemudian ditunjukkan kepadanya
kitab ini. Maka gubernur pun membaca kitab tersebut dan
beliau sangat kagum dengannya,
sehingga tuan gubernur pun
mengatakan, “Aku tidak
mengerti bagaimana dia bisa
mengarang kitab ini.”
Al-Imam Al-Bukhari pun akhirnya
menjadi amat terkenal di
berbagai negeri Islam. Ketika Al-
Imam Al-Bukhari berkeliling ke
berbagai negeri tersebut, beliau
mendapati betapa para ulama ahlul hadis di setiap negeri
tersebut sangat
menghormatinya. Beliau
berkeliling ke berbagai negeri
pusat-pusat ilmu hadis seperti
Mesir, Syam, Baghdad (Irak), Bashrah, Kufah, dan lain-lainnya.
Di saat berkeliling ke berbagai
negeri itu, beliau suatu hari
duduk di majlisnya Ishaq bin
Rahuyah. Di sana ada satu saran
dari hadirin untuk kiranya ada
upaya mengumpulkan hadis-hadis Nabi dalam satu kitab.
Dengan
usul ini mulailah Al-Imam Al-
Bukhari menulis kitab shahihnya
dan kitab tersebut baru selesai
dalam tempo enam belas tahun
sesudah itu.
Beliau menuliskan dalam kitab ini hadis-hadis yang
diyakini sahih oleh beliau setelah
menyaring dan meneliti enam
ratus ribu hadis. Beliau pilih
darinya tujuh ribu dua ratus
tujuh puluh lima hadis shahih dan seluruhnya dikumpulkan dalam
satu kitab dengan judul Al-
Jami’us Shahih Al-Musnad min
Haditsi Rasulillah wa Sunani wa
Ayyamihi, yang kemudian
terkenal dengan nama kitab Shahih Al-Bukhari. Kitab ini pun
mendapat pujian dan sanjungan
dari berbagai pihak di seantero
negeri-negeri Islam. Sehingga
ketokohan beliau dalam ilmu
hadis semakin diakui kalangan luas dunia Islam.
Para imam-imam
ahli hadis sangat memuliakannya,
seperti Imam Ahmad bin Hanbal,
Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma`in dan lain-lainnya.
Bersambung
artikel:www.yufidia.com
Created at 2012-08-15 02:50
Back to posts
UNDER MAINTENANCE