Al-Bukhari (194–256 H) 3
Imam Al-Bukhari disanjungdi mana-mana
Imam Al-Bukhari disanjung
di mana-mana
Karya-karya beliau dalam bidang
hadis terus mengalir dan beredar
di dunia Islam. Kepiawaian beliau
dalam menyampaikan keterangan
tentang berbagai kepelikan di
seputar ilmu hadis di berbagai majelis-majelis ilmu bersinar
cemerlang sehingga beliau dipuji
dan diakui keilmuannya oleh para
gurunya dan para ulama yang
setara ilmunya dengan beliau,
lebih-lebih lagi oleh para muridnya.
Beliau menimba ilmu
dari seribu lebih ulama dan
semua mereka selalu mempunyai
kesan yang baik, bahkan kagum
terhadap beliau. Al-Imam Al-Hafidh Abil Hajjaj Yusuf
bin Al-Mizzi meriwayatkan dalam
kitabnya yang berjudul Tahdzibul
Kamal fi Asma’ir Rijal beberapa
riwayat pujian para ulama Ahli
hadis dan sanjungan mereka terhadap Muhammad bin Ismail
Al-Bukhari.
Di antara beberapa
riwayat itu antara lain ialah
pernyataan Al-Imam Mahmud bin
An-Nadhir Abu Sahl Asy-Syafi’i
yang menyatakan, “Aku masuk ke berbagai negeri yaitu Basrah,
Syam, Hijaz dan Kufah. Aku
melihat di berbagai negeri
tersebut bahwa para ulamanya
bila menyebutkan Muhammad bin
Ismail Al-Bukhari selalu mereka lebih mengutamakannya daripada
diri-diri mereka.” Karena itu, majelis-majelis ilmu Al-
Imam Al-Bukhari selalu dijejali
ribuan para penuntut ilmu.
Dan
bila beliau memasuki suatu
negeri, puluhan ribu bahkan
ratusan ribu kaum Muslimin menyambutnya di perbatasan
kota karena beberapa hari
sebelum kedatangan beliau, telah
tersebar berita akan datangnya
Imam Ahlul Hadis sehingga kaum
Muslimin pun berjejal-jejal berdiri di pinggir jalan yang akan
dilewati beliau hanya untuk
sekadar melihat wajah beliau
atau kalau bernasib baik, kiranya
dapat bersalaman dengan beliau. Al-Imam Muhammad bin Abi Hatim
meriwayatkan bahwa Hasyid bin
Ismail dan seorang lagi (tidak
disebutkan namanya), keduanya
menceritakan, “Para ulama ahli
hadis di Bashrah di zaman Al- Bukhari masih hidup merasa lebih
rendah pengetahuannya dalam
hadis dibandingkan Al-Imam Al-
Bukhari. Padahal beliau ini masih
muda belia. Sehingga pernah
ketika beliau berjalan di kota Bashrah, beliau dikerumuni para
penuntut ilmu. Akhirnya beliau
dipaksa duduk di pinggir jalan
dan dikerumuni ribuan orang
yang menanyakan kepada beliau
berbagai masalah agama. Padahal wajah beliau masih belum tumbuh
rambut pada dagunya dan juga
belum tumbuh kumis.”
bersambung
Created at 2012-08-15 02:56
Back to posts
UNDER MAINTENANCE